Selasa, 19 April 2011

Psycolinguistic

A. Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa Inggris psychology. Kata psychology berasal dari bahasa Greek ( Yunani ), yaitu akar kata psyche yang berarti jiwa, ruh, sukma, dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara etimologi psikologi masih berarti ilmu jiwa. Pengertian Psikologi sebagai ilmu jiwa dipakai ketika Psikologi masih berada atau merupakan bagian dari filsafat, bahkan dalam kepustakaan kita pada tahun 50-an ilmu jiwa lazim dipakai sebagai padanan Psikologi. Kini istilah ilmu jiwa tidak dipakai lagi. Bruno ( Syah, 1995 : 8 ) secara rinci mengemukakan pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Hal itu diantaranya :

a. Psikologi adalah studi mengenai ruh.
b. Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental.
c. Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku organisme (behavior).
Pengertian pertama merupakan definisi yang paling kuno dan klasik (bersejarah) yang berhubungan dengan filsafat Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Mereka menganggap bahwa kesadaran menusia berhubungan dengan ruhnya.
Pengertian kedua muncul ketika Psikologi melepaskan diri dari filsafat sebagai induknya dan menjadi ilmu yang mandiri pada tahun 1879, yaitu saat William James (1842-1910) mendirikan laboratorium psikologinya. Ruh dikeluarkan dari studi psikologi para ahli. Pada awal abad ini, Psikologi sebagai suatu disiplin eksperimental mulai mendapat perhatian. Para Psikolog seperti Wundt di Jerman dan Titchener di Amerika Serikat tertarik mengadakan penelitian mengenai “keadaan kesadaran manusia”. Tujuan yang mulia ini diperkecil di laboratorium menjadi suatu telaah mengenai seluk-beluk persepsi warna, bentuk, tanda-tanda bunyi dan sebaginya. Metode telaah ini disebut introspeksi. Ini berarti bahwa seorang introspeksionis haruslah mamusatkan parhatian pada beberapa stimulus (perangsang) dan melaporkan seluk-beluk keadaan dalamnya dan juga imaji-imaji yang ditimbulkan oleh perangsang tersebut.
Definisi ketiga dikemukakan oleh J.B. Watson (1878-11958) di Amerika Serikat sebagai tokoh yang radikal yang tidak puas dengan defenisi sebelumnya. Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku organisme (behavior). Watson menafikan (menganggap tidak ada) eksistensi ruh dan kehidupan mental. Eksistensi ruh dan kehidupan internal manusia tidak dapat dibuktikan karena tidak ada, kecuali dalam dunia belaka
Para pengikut Watson, yang terkenal sebagai kaum behavioris mengikuti kaum emperis radikal sebagai leluhur falsafahnya, seperti filsuf-filsuf John Locke dan David Hume. Para emperis radikal menganut keyakinan bahwa satu-satunya cara mengetahui sesuatu adalah dengan cara mengalaminya secara fisik. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa satu-satunya jenis data yang dianggap valid (benar atau sah) adalah data yang dapat diperoleh dengan bantuan tes yang objektif serta dapat diamati. Tuntutan lain dari kaum empiris radikal dan kaum behavioris adalah bahwa dalam menjelaskan fenomena fisik seseorang hanya dapat mempergunakan fenomena yang diamati.
Untuk menengahi ketiga pendapat tersebut, Crow mengemukakan pendapatnya bahwa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya ( manusia, hewan, iklim, kebudayaan, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya(manusia, iklim, kebudayaan, dsb). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia baik yang tampak maupun yang tidak tampak.
B. Pengertian Linguistik
Kata linguistik ( berpadanan dengan linguistic dalam bahasa Inggris, linguistique dalam bahasa Prancis, dan linguistiek dalam bahasa Belanda) berasal dari kata lingua (bahasa Latin) yang berarti bahasa. Di dalam bahasa-bahasa Roman terdapat kata yang serupa atau mirip dengan kata Lingua itu. Antara lain, lingua dalam bahasa Italia, lengue dalam bahasa Spanyol, langue dan langage dalam bahasa Prancis. Langue berarti bahasa tertentu, seperti bahasa Inggris, bahasa Jawa, dan bahasa Prancis.Sedangkan langage berarti bahasa secara umum yang bersifat menusiawi.
Secara umum linguistik lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 1982:99). Secara lebih rinci dalam Webster’s New Collegiate Dictionary (Nikelas, 1988:10) dinyatakan linguistics is the study of human speech including the units, nature, structure, and modification of languageba ‘linguistik adalah studi tentang ujaran manusia termasuk unit-unitnya, hakikat bahasa, struktur, dan perubahan-perubahan bahasa. Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary (Nikelas, 1988:10) dinyatakan linguistic adalah ilmu tentang bahasa yang menelaah, misalnya tentang struktur bahasa, pemerolehan bahasa dan tentang hubungannya dengan bentuk-bentuk lain dari komunikasi.
Pada paparan berikut ini dikemukakan beberapa defenisi bahasa diambil dari berbagai sumber sebagai bahan kajian.
1. Bahasa adalah alat komunikasi antara masyarakat, berupa lambing bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1984:16).
2. Bahasa adalah alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang disepakati yang mengandung makna yang dapat dipahami (Woster’s Third New International Dictionary of the English Language, 1961:1270).
3. Bahasa adalah system lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berinteraksi, serta mengidentifikasi diri (Kridalaksana dan Kentjono, 1982:2).
4. Bahasa adalah sistem simbol vokal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu atau orang lain yang memelajari sistem kebududayaan itu untuk berkomunikasi atau berinteraksi (Finochiaro, 1964:8).
Kalau ditelaah mendalam keempat definisi di atas, tampaklah persepsi yang berbeda-beda tentang pengertian bahasa. Perbedaan itu dapat dilihat dari sudut pandang para ahli berdasarkan eksistensi bahasa itu. Definisi 1 dan 2 disuatu puhak berbeda dengan definisi 3 dan4 sebagai pihak yang lain. Definisi 1 dan 2 menitikberatkan pandangan pada fungsi bahasa itu sebagai alat komunikasi. Hal itu menunjukkan bahwa definisi 1 dan 2 masih memiliki acuan yang luas, yaitu segala sesuatu (semua alat) yang dapat digunakan untuk menyampaikan gagasan dan pesan. Keluasan definisi 1 dan 2 diatas tampak pula bahwa tanda yang dimaksudkan dalam bahasa bukan hanya tanda bahasa ( linguistic sign ), tetapi juga tanda-tanda lain, termasuk gestur. Keluasan lain dari definisi 1 dan 2 diatas adalah semua bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, termasuk bunyi siul, batuk dan sebagainya ditafsirkan sebagai bunyi bahasa.
Berbeda dengan defenisi 1 dan 2, defrnisi 3 dan 4 menitikberatka pada cirri-ciri atai sifat-sifat bahasa ( karakteristik bahasa ). Beberapa hal yang menarik untuk disimpulkan sebagai unsur persamaan pada defenisi 3 dan 4 diatas, adalah a) bahasa merupakan suatu sistem; b) sebagai system, bahasa bersifat arbitrer; dan c) sebagai system arbitrer, bahasa dap[at digunakan untuk berinteraksi, baik dengan orang lain maupun diri sendiri.
Secara umum menurut objek kajiannya, linguistik dapat dibagi atas dua bagian yaitu linguistik mikro dan linguistik makro. Linguistik mikro ini sesungguhnya merupakan studi dasar linguistik. Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada umumnya. Objek kajian linguistik mikro mencakup struktur fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon. Sedangkan objek kajian linguistik makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa seperti faktor sosiologis, psikologis, antropologi, dan neurologi. Linguistik makro lebih banyak membahas faktor luar bahasanya itu daripada struktur internal bahasa. Karena banyaknya masalah yang terdapat di luar bahasa, maka subdisiplin linguistik makro itupun menjadi sangat banyak. Sehingga dalam berbagai buku teks biasanya kita dapati subdisplin seperti sosiolinguitik, psikolinguistik, antropolinguistik, etnolinguistik, stilistika, filologi, dialektologi, filsafat bahasa, dan neurolinguistik.
Menurut tujuan kajiannya, linguistik dapat dibedakan atas dua bidang besar yaitu linguistik teoretis dan linguistik terapan. Linguistik teoretis adalah bidang penelitian bahasa yang dilakukan untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa manusia pada umumnya. Sedangakan terapan adalah istilah umum bagi berbagai cabang linguistic yang memanfaatkan deskripsi, metode, dan hasil penelitian linguistik. Misalnya leksikografi, penerjemahan, patologi bahasa, dan sebagainya.
C. Pengertian Psikolinguistik
Berdasarkan pengertian psikologi dan linguistik ada uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik perilaku yang tampak maupun perilaku yang tidak tampak.
Berikut ini dikemukakan beberapa defenisi psikolinguistik dari berbagai ahli:
1. Aitchison (Dardjowidojo, 2003:7) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan minda.
2. Field (2003:2) mengemukakan psycholinguistiks explores the relationship between the human mind and language ‘psikolinguistik membahas hubungan antara otak manusia dan bahasa’.
3. Harley (Dardjowidjojo, 2003:7) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang proses mental-mental dalam pemakaian bahasa.
4. Levelt (Marat, 1983:1) mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan dan perolehan bahasa oleh manusia.
5. Kridalaksana (1982:140) pun berpendapat sama dengan menyatakan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia serta kemampuan berbahasa dapat diperoleh.
6. Emmon Bach (Tarigan, 1985:3) mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara/pemakai bahasa membentuk/membangun kalimat-kalimat bahasa tersebut.
7. Slobin (Chaer, 2003:5) mengemukakan bahwa psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia.
8. Garnham (Musfiroh, 2002:1) mengemukakan Psycholinguistiks is the study of mental mechanism that nake it possible for people to use language. It is a scientific discipline whose goal is a coherent theory of the why and which language is produce and understood ‘ psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada

0 komentar:

Posting Komentar