Senin, 18 April 2011

Gaya Bahasa

A. Gaya Bahasa (majas)
Majas adalah gaya bahasa dalam bahasa tulis maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan. Majas dapat disebut cara penulis untuk mangungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadiannya.
Secara garis besar, gaya bahasa terdiri atas empat jenis, yaitu majas penegasan, majas pertentangan, majas perbadingan, dan majas sindiran.
1. Majas penegasan
a. Apofasis atau preterisio adalah gaya bahasa untuk menegaskan sesuatu dengan cara seolah-olah menyangkal hal yang ditegaskan.
Contoh:
Reputasi Anda di hadapan para karyawan sangat baik. Namun, dengan adanya pemecatan karyawan tanpa alasan saya ingin mengatakan bahwa Anda baru saja menghancurkan reputasi baik itu.
b. Repetisi adalah pengulangan kata, frasa, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan penekanan.
Contoh:
Bukan uang, bukan mobil, bukan juga rumah mewah yang aku harapkan dari ayah dan ibu. Aku hanya ingin ayah dan ibu ada di sini. Aku hanya ingin perhatian. Hanya itu, tidak lebih.
c. Aliterasi adalah pengulangan konsonan pada awal kata secara berurutan.
Contoh:
Budi baik bagai bekal bagi kehidupan kita.
d. Pleonasme adalah penggunaan kata yang mubazir yang sebenrnya tidak perlu.
Contoh :
Darah merah membasahi patriot itu.
e. Paralelisme adalah gaya bahasa yang memakai kata, frasa, atau klausa yang kedudukan sama atau sejajar.
Contoh:
Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas.
f. Tautologi adalah gaya bahasa berupa pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
Contoh:
Ia menjadi marah dan murka kepada orang yang menyerempet motor kesayangannya.
g. Inversi adalah gaya bahasa yang mendahulukan predikat sebelum subjek dalam suatu kalimat.
Contoh:
Kubelai rambutnya yang panjang.
h. Ellipsis adalah gaya bahasa yang menghilangkan beberapa unsur kalimat. Unsur-unsur yang hilang tersebut mudah ditafsirkan oleh pembaca.
Contoh:
Aku sudah memberimu modal uang, barang, bahkan waktuku bersama keluarga, tetapi hasilnya ....
i. Retoris adalah gaya bahasa untuk menanyakan sesuatu yang jawabannya telah terkandung dalam pertanyaan tersebut.
Contoh:
Siapa yang ingin hidup bahagia?
j. Klimaks adalah gaya bahasa yang berupa sususnan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan atau makin meningkat kepentingannya dari gagasan atau ungkapan sebelumnya.
Contoh:
Perjuangan ini seharusnya berguna bagi diri kita, saudara, orang tua, nusa bangsa, negara, dan agama.
k. Antiklimaks adalah gaya bahasa untuk menentukan satu hal atau gagasan yang penting atau kompleks menurun kepada hal atau gagasan yang sederhana.
Contoh:
Persiapan pemilihan umum telah dilaksanakan secara serentak dari Ibu Kota Negara, ibu kota-ibu kota provinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa di seluruh Indonesia, hingga di tingkat RW maupun RT.
l. Antanaklasis adalah gaya bahasa yang menggunakan pengulangan kata yang sama, tetapi maknanya berlainan.
Contoh:
Ada dua buah rumah kaca di halaman rumah Pak Saiman.
m. Pararima adalah bentuk pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
Contoh:
Bolak-balik, lika-liku, kocar-kacir.
n. Koreksio adalah gaya bahasa yang pada mulanya menegaskan sesuatu yang dianggap kurng tepat, kemudian diperbaiki.
Contoh:
Anak-amak silakan pulang, maaf, silakan keluar !
o. Sindeton adalah gaya bahasa untuk mengungkapkan suatu kalimat atau wacana yang setiap bagiannya dihubungkan oleh kata penghubung. Bila kata penghubung yang digunakan lebih dari satu atau banyak disebut polisindeton. Namun bila kata hubung tidak dinyatakan secara langsung atau dilesapkan, disebut asyndeton.
Contoh polisyndeton :
Dimana orang-orang berdedikasi dan berpendirian dan loyal mengabdikan dirinya ?
Contoh asyndeton :
Dan kesetiaan, keikhlasan, pengorbanan, rela mati, mereka menegakkan keadilan.
p. Eklamasio adalah gaya bahasa yang menggunakan kata seru.
Contoh:
Wow, sungguh luar biasa! Ternyata kamu mampu membuat lukisan sekelas Afandi.
q. Alonim ialah penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
Contoh:
Mae adalah varian dari Maemuna yang dalam sinetron “munajat cinta” di RCTI, 2008.
r. Interupsi adalah gaya bahasa yang menyisipkan keterangan tambahan diantara unsur-unsur kalimat.
Contoh:
Orang bilang, istri juragan haji, tetua di kampungnya yang sudah naik haji berulang-ulang, sombongnya minta ampun...
s. Preterio adalah ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
Contoh:
Lupakan semua ucapannya, anggap saja angin lalu.
t. Silepsis adalah gaya bahasa dengan menggunakan dua konstruksi sintaksis yang dihubungkan oleh kata sambung. Namun, hanya salah satu konstruksi yang maknanya utuh.
Contoh:
Fungsi dan sikap bahasa.
Seharusnya: fungsi bahasa dan sikap bahasa.

2. Majas Sindiran
a. Ironi adalah gaya bahasa untuk mengatakan suatu maksud menggunakan kata-kata yang berlainan atau bertolak belakang dengan maksud tersebut.
Contoh:
Manis sekali teh ini, gula mahal ya?
b. Sarkasme adalah gaya bahsa yang berisi sindiran kasar.
Contoh:
Mulutmu harimaumu
c. Sinisme adalah sindiran yang berbentuk kesangsian cerita yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan hati.
Contoh:
Pemimpin itu benar-benar adil sehingga seluruh rakyat hidup dalam kemewahan.
d. Antifrasis adalah gaya bahasa ironi dengan kata atau kelompok kata yang maknanya berlawanan.
Contoh:
Lihatlah sang perjaka tampan tela tiba. (maksudnya si buruk rupa)
e. Inuendo adala sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Contoh:
Mari kita simak sepatah dua patah kata sambutan dari ketua panitia.

3. Majas Pertentangan
a. Antithesis adalah gaya bahasa yan mengungkapkan suatu maksud dengan menggunakan kata-kata yang saling berlawanan.
Contoh:
Tua muda, besar kecil, laki-laki perempuan, semua menghadiri rapat raksasa itu.
b. Paradoks adalah gaya bahasa untuk mengungkapkan 2 hal yang seolah-olah saling bertentangan namun sebenarnya keduanya benar.
Contoh:
Dia memang menejer tersohor tetapi nyalinya kecil.
c. Oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama.
Contoh:
Keramah tamahan yang mencelakan.
d. Anakronisme adalah gaya bahasa yang mengandung ketidaksesuaian antara peristiwa dengan waktunya.
Contoh:
Arjuna saling mengirim sms dengan srikandi untuk melepas rasa rindu.
e. Kontradiksi interminus adalah gaya bahasa yang berisi sangkalan terhadap pernyataan yang disebutkan sebelunya.
Contoh:
Siswa yang tidak berkepentingan dilarang masuk, kecuali panitia lomba.
4. Majas perbandingan
a. Metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal benda secara singkat dan padat.
Contoh:
Buku adalah jendela ilmu
b. Sinestesia adalah gaya bahasa yang mempertukarkan dua indera yang berbeda.
Contoh:
Febri sangat manis saat memakai rok ke kampus
c. Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang ditandai dengan kata depan dan penghubung seperti, layaknya, bagaikan, bagai, ibarat, umpama, bak dan laksana.
Contoh:
Hubungan Ayu dan Wahda tidak pernah akur, bagai kucing dan tikus.
d. Alegori adalah gaya bahasa untuk mengungkapkan suatu hal melui kiasan atau penggambaran.
Contoh:
Cicak dan buaya (fabel)
e. Alusio adalah gaya bahasa yang berusaha menyugestikan kesamaan antara orang tempat atau peristiwa.
Contoh:
Semangat Bandung Lautan Api menggelora di hati kami.
f. Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan nama merek atau atribut tertentu untuk menyebut suatu benda.
Contoh:
Thunder selalu setia menemani Asri tiap kali ia ke kampus.
g. Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan nama diri, gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri.
Contoh:
Terima kasih, dokter!
h. Antropomorfisme adalah bentuk metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
Contoh:
Jakarta menjadi jantung perekonomian Indonesia.
i. Aptronim adalah gaya bahasa yang mengandung penyebutan seseorang sesuai dengan sifat atau pekerjaan orang.
Contoh:
Si cebol berlari kencang sambil membawa bola melewati lawan-lawannya.
j. Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihan.
Contoh:
Senyuman Ibnu melemahkan sendi-sendi tubuhku hingga aku tak berdaya.
k. Litotes adalah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang bersifat mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh:
Goresan pena ini adalah hadiah untuk ibu.
l. Hipokorisme adalah gaya bahasa yang penggunaan katanya mengandung hubungan karib antara pembicara dengan yang dibicarakan.
Contoh:
“kehidupan itu kejam, nak. Sadis! Bahkan samapi diluar nalar manusia. Untung kamu tidak perlu melihat itu semua”’
m. Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan.
Contoh:
Ombak itu menyapaku dengan lembut.
n. Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian, tetapi yang dimaksud ialah seluruh bagian atau sebaliknya.
1) Pars pro toto (menyebut sebagin hal untuk menyatakan keseluruhan).
Contoh:
Saya belum melihat batang hidungnya.
2) Totem pro parte (menyebutkan seluruh hal untuk menyatakan sebagian)
Contoh:
Dalam pertandingan itu Indonesia menang satu lawan Korea.
o. Eufimisme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata halus atau lebih pantas untuk mengganti kata-kata yang dipandang tabu atau kasar.
Contoh:
Anak itu lamban dalam menerima pelajaran dari gurunya.
p. Perifrase adalah gaya bahasa untuk menggantikan suatu kata atau kelompok kata lain. Kata atau kelompok kata tersebut dapat beruap nama tempat, nagara, benda atau sifat tertentu.
Contoh:
Berlibur di Pulau Dewata adalah impianku. (Pulau Dewata = Bali)
q. Simbolik adalah gaya bahasa untuk melukiskan suatu maksud dengan menggunakan simbol atau lambang.
Contoh:
Banyak tikus berkeliaran di gedung rakyat. (tikus merupakan simbol koruptor)

0 komentar:

Posting Komentar